Tuesday, 15 November 2011

Resensi Buku: Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi


Judul Buku : Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi Penulis : Syaikh Idahram Penerbit : Pustaka Pesantren, Yogyakarta Cetakan : I, 2011 Tebal : 280 Halaman Peresensi : Imam S Arizal*)

Keyakinan bahwa hanya ada kebenaran tunggal akan menjadi bencana bagi kehidupan beragama. Setidaknya hal itulah yang terekam dari perjalanan sejarah sekte salafi wahabi. Sejarah gerakan ini dipenuhi dengan darah umat islam. Banyak sekali tragedi-tragedi kemanusiaan, kekerasan dan bahkan pembunuhan yang mewarnai perjalanan dan pengembangan gerakan wahabi. Pun demikian, tak jarang Tuhan dijadikan alat legeitimasi untuk melangsungkan misi gerakan wahabi.

Wahabi adalah gerakan pembaharuan dan pemurnian Islam yang dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman at-Tamimi (1115-1206 H / 1703-1792 M) dari Najd, Semenanjung Arabia. Istilah Wahabi telah dikenal semasa Ibn Abdul Wahab hidup, tapi bukan atas inisiatif dirinya melainkan berasal dari lawan-lawannya. Ini berarti, istilah Wahabi merupakan bagian dari rangkaian stigma terhadap gerakannya.

Kaum Wahabi mengklaim sebagai muslim yang berkiblat pada ajaran Islam yang pure, murni. Mereka sering juga menamakan diri sebagai muwahiddun, yang berarti pendukung ajaran yang memurnikan keesaan Allah (tauhid). Tetapi, mereka juga menyatakan bahwa mereka bukanlah sebuah mazhab atau kelompok aliran Islam baru, tetapi hanya mengikuti seruan (dakwah) untuk mengimplementasikan ajaran Islam yang (paling) benar.

Tujuan awal aliran Wahabi adalah mengembalikan umat kepada ajaran Islam yang murni seperti yang termuat dalam Alquran dan sunah. Karenanya, tauhid merupakan tema pokok dalam doktrin Wahabi. John L Esposito menegemukakan bahwa Abdul Wahhab memandang tauhid sebagai agama Islam itu sendiri.

Dengan semangat puritannya, Abdul Wahhab hendak membebaskan Islam dari semua perusakan yang diyakininya telah menggerogoti Islam seperti tasawuf, tawasul, rasionalisme, ajaran Syiah dan berbagai praktik inovasi bidah. Wahabisme memperlihatkan kebencian yang luar biasa terhadap semua bentuk intelektualisme, mistisisme, dan sektarianisme.‘Abd al-Wahhab sendiri gemar membuat daftar panjang keyakinan dan perbuatan yang dinilainya munafik, yang bila diyakini atau diamalkan akan segera mengantarkan seorang muslim berstatus kafir.

Sejak kelahirannya, aliran wahabi sangat lekat dengan tradisi kekerasan. Bersama Dinasti Saud, kaum wahabi berusaha menundukkan suku-suku di Jazirah Arab di bawah bendera Wahabi/Saudi. Menyamun, menyerang, dan menjarah suku tetangga adalah praktik yang luas dilakukan suku-suku Badui di Jazirah Arab sepanjang sejarahnya. Setiap suku yang belum masuk wahabi diberi dua tawaran jelas: masuk wahabi atau diperangi sebagai orang-orang musyrik dan kafir (hlm. 119).

Dalam doktrinnya, setiap muslim yang tidak mempunyai pemahaman dan praktik agama Islam yang persis seperti wahabi dianggap murtad dan karenanya memerangi mereka diperbolehkan, atau bahkan diwajibkan. Razia, penggerebekan dan perampokan pun dilakukan. Dengan demikian, predikat muslim hanya merujuk secara eksklusif kepada para pengikut wahabi, seperti kata “muslim” yang digunakan dalam buku Unwan al-Majd fi Tarikh al-Najd, salah satu buku sejarah resmi wahabisme.

Gerakan wahabi telah melakukan keganasan dan kekejaman di kota Karbala (1216 H/1802 M) dengan pembunuhan yang tidak mengenal batas perikemanusiaan. Mereka telah membunuh puluhan ribu orang Islam, selama kurun waktu 12 tahun ketika mereka menyerang dan menduduki kota Karbala serta kawasan sekitarnya, termasuk Najaf.

Pada tahun 1803 M, kaum wahabi menyerang dan memberangus kota Thaif. Di kota itu mereka membunuh sibuan penduduk sipil, termasuk wanita dan anak-anak yatim. Bahkan, menurut Muhammad Muhsin al-Amin, mereka turut menyembelih bayi yang masih di pangkuan ibunya dan wanita-wanita hamil, sehingga tiada seorang pun yang terlepas dari kekejaman wahabi (hlm. 77).

Setelah mereka merampas, merusak segala yang ada, membunuh orang-orang tak berdosa, dan melakukan keganasan yang tidak terkira terhadap umat islam, mereka melanjutkan kebrutalannya menuju Makkah. Ibnu Bisyr dalam kitabnya Unwan al-Majd fi Tarikh Najd, menguraikan bahwa pada bulan Muharram 1220 H/1805 M, wahabi di Makkah membunuh ribuan umat islam yang sedang menunaikan ibadah haji. Dalam cacatan lain disebutkan, pembunuhan bukan hanya terjadi pada jamaah haji, melainkan juga pada masyarakat sipil.

Aksi kekerasan wahabi tidak berhenti sampai disitu. Pada tahun 1341 H/1921 M tentara wahabi membantai seribu orang lebih rombongan jamaah haji asal Yaman yang sedang menuju Makkah tanpa sebab yang jelas. Tahun 1408 H/1986 M mereka juga menyerang jamaah haji asal Iran. Peristiwa itu menewaskan 329 orang dan ribuan lainnya luka-luka (hlm. 99-100).

Selain membunuh masyarakat sipil, tentara wahabi juga melakukan pembakaran terhadap perpustakaan-perpustakaan Islam. Di antara kasus pembakaran buku-buku yang paling fenomenal adalah pembakaran buku-buku yang terdapat di Perpustakaan Arab (Maktabah Arabiyah) di Makkah al-Mukarramah. Perpurkaan ini termasuk perpustakaan yang paling berharga dan paling bernilai historis. Bagaimana tidak, sedikitnya ada 60.000 buku-buku langka dan sekitar 40.000 masih berupa manuskrip yang sebagiaannya adalah hasil diktean dari Nabi Muhammad kepada para sahabatnya, sebagian lagi dari Khulafaur Rasyidin, dan para sahabat Nabi yang lainnya. Semua buku-buku tersebut dibumi-hanguskan oleh para tentara wahabi.

Itulah sebagian kecil dari sisi gelap perjalanan sekte wahabi yang termuat dalam buku ini. Karya Syaikh Idahram ini cukup kritis dan merupakan suatu karya ilmiah penting bagi bangsa Indonesia. Bahkan dalam pengantarnya, Prof. Dr. KH. Said Agil Siraj, memuji karya besar ini. menurutnya, belum ditemukan karya setajam ini sebelumnya dalam mengkritisi Gerakan Salafi Wahabi.

Imam S Arizal, Peneliti Jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikitan Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

8 comments:

  1. saya yakin hampir semua pernyataan di atas tidak ada jaminan kebenarannya, informasi yang diambil mungkin hanya mendengar dari sumber-sumber yang benci terhadap gerakan pemurnian aqidah..

    ReplyDelete
  2. saya yakin mas ruslan pasti pembuat bid'ah dan suka mengatakan Allah ada dl langit...

    ReplyDelete
  3. baca juga "salafi antara tuduhan dan kenyataan (bantahan ilmiah terhadap buku diatas)" karya Sofyan Chalid Bin Idham Ruray, penerbit Toobagus publishing.

    ReplyDelete
  4. Saya yakin AL WABAHY (NO AL WAHABY) terprovokasi oleh Syiah

    ReplyDelete
  5. Ini adalah video tentang Wahabi:
    http://syiarislam.wordpress.com/2012/01/04/salafi-wahabi-memecah-belah-islam-dari-dalam/
    Di antaranya Wahabi membantai ummat Islam di Mekkah dan Madinah dengan alasan ummat Islam di Mekkah dan Madinah adalah kafir/musyrik. Jika ummat Islam di Mekkah dan Madinah kafir/musyrik, lalu di mana ummat Islam yang lurus?


    Ternyata, Muhammad bin Abdul Wahab lahir di Najd (Nejed), tempat yang dikatakan Nabi sebagai tempat kegoncangan, fitnah-fitnah, dan tanduk setan:

    Ibnu Umar berkata, “Nabi berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam dan Yaman kami.’ Mereka berkata, Terhadap Najd kami.’ Beliau berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah Syam dan Yaman kami.’ Mereka berkata, ‘Dan Najd kami.’ Beliau berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam. Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Yaman.’ Maka, saya mengira beliau bersabda pada kali yang ketiga, ‘Di sana terdapat kegoncangan-kegoncangan (gempa bumi), fitnah-fitnah, dan di sana pula munculnya tanduk setan.’” [HR Bukhari]

    http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_bin_Abdul_Wahhab

    Inilah peta Najd:



    Walau pun kaum Salafi berdalih bahwa Najd yang dimaksud bukan Najd di dekat Riyadh yang terkenal itu, tapi di Iraq, namun pendapat itu keliru. Pertama saat Hadits itu muncul ada orang Najd asli (bukan dari Iraq). Jika bukan Najd itu yang dimaksud, tentu Nabi akan menjelaskan bahwa Najd di Iraq lah agar mereka tidak tersinggung dan tidak timbul FITNAH.

    Kedua, di hadits lain disebut bahwa Najd yang dimaksud di sebelah timur Madinah. Jelas itu Najd di dekat Riyadh karena posisinya pas di timur. Sedang Iraq posisi di peta agak disebelah utara:

    Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
    Bahwa ia mendengar Rasulullah saw. bersabda sambil menghadap ke arah timur: Ketahuilah, sesungguhnya fitnah akan terjadi di sana! Ketahuilah, sesungguhnya fitnah akan terjadi di sana. Yaitu tempat muncul tanduk setan. (Shahih Muslim No.5167)
    Hadis riwayat Sahal bin Hunaif ra.:
    Dari Yusair bin Amru, ia berkata: Saya berkata kepada Sahal: Apakah engkau pernah mendengar Nabi saw. menyebut-nyebut Khawarij? Sahal menjawab: Aku mendengarnya, ia menunjuk dengan tangannya ke arah Timur, mereka adalah kaum yang membaca Alquran dengan lisan mereka, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama secepat anak panah melesat dari busurnya. (Shahih Muslim No.1776)

    ReplyDelete
  6. adakan sj forum pertemuan mas...
    Undang penulis buku itu atau yg terkait dengan buku itu...
    sekalian videokan mas dan upload di Youtube
    biar sy sebagai masyarakat awam jg bisa menyimpulkan dengan mudah, mana yg benar
    Dengan sangat hormat kedua belah pihak mw bertemu dalam kajian ilmiah bukan kajian adu jotos...
    Jgn beralasan tdk mw ketemu krn alasan keamanan,,, krn itu alasan kampungan bagi sy...

    ReplyDelete
  7. baca juga "salafi antara tuduhan dan kenyataan (bantahan ilmiah terhadap buku diatas)" karya Sofyan Chalid Bin Idham Ruray, penerbit Toobagus publishing.

    ReplyDelete
  8. Semoga Said di berikan HIdayah ... Amin,

    ReplyDelete

About Me

My photo
Halo sobat...nama saya Didik Sugiarto.....Saya bukanlah blogger profesional....hanya sekedar hobi ngeblog dan juga belajar cara mencari uang dengan blog.....adsense, amazon, clickbank dll.......semoga blog ini bermanfaat bagi kita semua.