Thursday, 24 May 2012
Berita Tentang Kebangkitan Islam di dunia Barat
Penelitian akhir Institut Internasional Pemikiran Islam (IIIT) yang berpusat di AS menunjukkan bahwa telaah terhadap Islam kian tumbuh pesat di kalangan masyarakat Barat. Direktur IIIT, Muhammad Siddiq menuturkan, "Masyarakat Barat kini makin giat mempelajari Islam untuk mencari jawaban tentang pertanyaan dirinya mengenai hakikat manusia dan bagaimana nasibnya serta solusi dalam menyelesaikan persoalan sosial dan ekonomi di Barat".
Menyangkut masalah ini, Muhammad Siddiq lantas menyinggung tentang fenomena meningkatnya kalangan ilmuwan Barat yang tertarik kepada Islam. Dia menandaskan, "Masalah ini menunjukkan bahwa Islam dan sains merupakan dua entitas yang saling berkelindan erat". Perkembangan Islam di Barat pun juga kian meningkat dan kini banyak orang-orang Barat yang memeluk Islam untuk lepas dari krisis identitas dan kehampaan. Meski saat ini jumlah pemeluk baru Islam di Amerika Serikat dan negara-negara Eropa kian meningkat drastis, namun media-media Barat berusaha mengabaikan ataupun menyensor kenyataan tersebut.
Selama ini, pemikiran Islam masuk ke negeri-negeri Barat melalui beragam jalan. Mengenai bagaimana kehadiran Islam di AS dan negara-negara Eropa lainnya merupakan isu yang perlu ditelaah lebih jauh. Berdasarkan beragam bukti dan dokumen yang ada, Islam hadir ke Amerika Serikat bersamaan dengan masuknya sekelompok warga muslim yang dibawa ke negeri itu sebagai budak sekitar abad ke-16-17 M. Sekitar 10 hingga 30 persen dari budak-budak itu ditengarai beragama Islam. Budak-budak tersebut umumnya didatangkan dari Afrika barat lantas dikirim ke kawasan Meksiko, Kuba, dan Amerika Selatan.
Sejak abad ke-17 hingga selanjutnya, migrasi masyarakat muslim ke AS berlangsung melalui beberapa periode yang bisa disebut sebagai gelombang migrasi. Gelombang pertama migrasi masyarakat muslim ke AS dimulai sejak tahun 1870 hingga 1912. Umumnya mereka berasal dari negeri-negeri yang berada di bawah kekuasaan Dinasti Ottoman seperti Timur Tengah dan Eropa Timur. Sebagian besar mereka merupakan warga dari kelas bawah dan berpenghasilan rendah. Bersamaan dengan itu, muncul beberapa warga kristen kulit putih yang beralih agama menjadi muslim. Salah satunya adalah Alaxander Russel Webb, seorang diplomat kulit putih AS.
Setelah memeluk agama Islam, ia mendirikan Gerakan Tabligh Islam Amerika pada tahun 1893. Dalam salah satu makalahnya ia menulis, "Setelah lama mempelajari, akhirnya aku menemukan bahwa Islam merupakan sebuah sistem terbaik dan satu-satunya yang bisa memenuhi kebutuhan spiritual manusia. Substansi Islam adalah berserah diri di hadapan kehendak Ilahi. Mengimani agama ini akan berujung pada persaudaraan, cinta universal dan antar sesama di dunia. Tak syak, Islam merupakan agama yang paling bersahaja dan luhur yang pernah dikenal umat manusia".
Sampai sekarang sulit untuk memperkirakan jumlah populasi warga muslim di AS yang sebenarnya. Sebab, pusat statistik AS tidak pernah mengumumkan secara resmi data yang terkait dengan ikatan agama warganya. Namun diprediksikan, jumlah warga muslim di AS berkisar antara 5 sampai 7 juta orang. Yang jelas, lantaran faktor perpindahan penduduk, meningkatnya angka kelahiran dan pemeluk baru Islam dari agama lain, membuat populasi warga muslim di AS kian bertambah drastis.
Carl Ellis, peneliti terkemuka masalah keagamaan di AS dan penulis buku "The Changing Face of Islam in America" menyatakan, "Populasi warga muslim di AS mengalami pertumbuhan 6 persen. 80 persen di antaranya berasal dari penganut kristen yang baru masuk Islam. Sementara 20 persennya lagi berasal dari kaum muslim imigran". Dia menambahkan, "Jika Islam terus mempertahankan persentase pertumbuhannya itu, maka hingga 17 tahun lagi, jumlah warga muslim di kota-kota besar AS akan melebihi jumlah warga Kristen".
Tentu saja, perkembangan pesat Islam di AS dan negara-negara Eropa juga memunculkan beragam reaksi. Reaksi tersebut kebanyakan berasal dari kalangan ekstrimis dan kelompok-kelompok fanatik yang merasa kepentingannya terancam oleh kehadiran Islam. Sebagai misal, mantan menteri luar negeri AS, Henry Kissinger dalam sebuah artikelnya pada tahun 1990 menulis, "Dalam sepuluh tahun mendatang, peningkatan drastis populasi warga muslim akan menjadi peringatan terbesar bagi AS". Salah satu media konservatif AS juga menyatakan, "Warga AS segera akan bangun dari tidurnya karena suara adzan".
Seiring dengan kian pesatnya pertumbuhan Islam di Barat, gerakan anti-Islam pun juga turut marak. Sebagai contoh, negara-negara Eropa seperti Perancis, Jerman, Belanda, Denmark, dan Belgia lewat kebijakan larangan anti-jilbabnya, berusaha menerapkan politik tekanan dan diskriminatif terhadap masyarakat muslim. Meski demikian, konspirasi anti-Islam tersebut terkadang justru membuahkan hasil terbalik. Kian keringnya kehidupan spiritual masyarakat Barat dan merajalelanya kehidupan materialistik membuat Barat kian terjerumus dalam krisis identitas dan moral yang sangat mengenaskan. Kondisi ini membuat banyak warga Barat yang berusaha mencari hakikat dan identitas sejatinya.
Pasca terjadinya tragedi 11 September 2001, propaganda anti-Islam di Barat pun makin gencar. Bahkan masyarakat muslim sudah diidentikkan dengan teroris. Namun propaganda miring tersebut justru menghasilkan dampak yang jauh di luar perkiraan para pelakunya. Propaganda negatif semacam itu malah membuat penasaran orang-orang Barat untuk mengetahui hakikat Islam. Perlahan, rasionalitas dan keindahan wajah hakiki Islam pun makin terungkap di mata masyarakat Barat.
Kini dihadapan pencitraan negatif media-media Barat yang menampilkan Islam sebagai agama kekerasan, muncul citra tandingan yang memperlihatkan Islam sebagai agama yang menempatkan moral dan spiritual di sisi kehidupan duniawi manusia. Sebuah wajah Islam yang mengajarkan bahwa masyarakat yang sehat hanya bisa tercapai jika dibangun di atas landasan nilai-nilai luhur kemanusiaan.
Di sisi lain, jika kita tengok ulang komposisi warga Barat yang memeluk Islam, tampak jelas bahwa sebagian besar pemeluk baru Islam berasal dari kalangan terdidik, ilmuwan, dan para cendikiawan. Karena mereka adalah kelompok masyarakat yang tidak mudah tertipu oleh propaganda busuk media-media Barat yang gencar memojokkan Islam.
Meminjam ungkapan Theodor Noldeke, ilmuwan dan orientalis Jerman, "Islam dan Al-Quran berbicara dengan hati audiennya dengan logika ilmiah dan metode yang meyakinkan serta berpengaruh besar terhadap mereka. Agama ini juga mampu menawan kalbu lawan-lawannya, hingga mereka pun bergabung dengan Islam. Al-Quran dengan kesederhanaanya dan gaya bahasanya yang khas telah mencapai keutamaan dalam puncak kesempurnaanya".
Sejatinya tujuan Islam adalah untuk membangun sebuah kebudayaan global yang manusiawi sekaligus ilahi. Karena itu misi universal yang dikhotbahkan Islam senantiasa di terima oleh semua bangsa. Di mata Islam, keutamaan seseorang hanya ditentukan olek kualitas ketakwaannya. Tidak berlebihan jika Islam kian mendunia dan makin hari makin bertambah saja para pencari kebenaran yang memeluk Islam, tak terkecuali di Barat sekalipun. (IRIB/LV/NA)
sumber :
http://indonesian.irib.ir/index.php/politik/63-sosial/22085-gelombang-kebangkitan-islam-di-barat.html
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
About Me
- Didik sugiarto
- Halo sobat...nama saya Didik Sugiarto.....Saya bukanlah blogger profesional....hanya sekedar hobi ngeblog dan juga belajar cara mencari uang dengan blog.....adsense, amazon, clickbank dll.......semoga blog ini bermanfaat bagi kita semua.
No comments:
Post a Comment