Wednesday 6 May 2009

Keajaiban sedekah Menyembuhkan Leukimia

Aku yakin bahwa sedekah itu mampu mempercepat doa yang kita panjatkan. Setiap rabu pagi habis sholat shubuh jam 5.oo WITA, aku dan istriku melihat tayangan ceramah di TPI oleh ustad Yusuf Mansur tentang keajaiban sedekah. Walaupun belum sepenuhnya aku melaksanakan nasehat ustad yusuf mansur, tapi aku sudah sering merasakan manfaat dari sedekah. Dan sekarang aku semakin yakin bahwa sedekah akan membuat doa kita cepat terkabul. Bila anda sedang menghadapi masalah apapun….cobalah untuk menyelesaikannya dengan sedekah…insya Allah pasti cepat tercapai segala keinginan anda.

Cerita berikut aku ambil dari sebuah blog. Mungkin akan menambah wawasan kita tentang manfaat sedekah


Menyembuhkan Leukemia Melalui Terapi Sedekah
Oleh : Rahmi

Ketika putranya divonis leukemia oleh dokter, rasa tak percaya dan berjuta perasaan lainnya bercampur aduk dalam diri Diana Ekarini (36). Bagaimana tidak, buah hatinya Abiyyu Nurhakim Jusafardila masih berusia 9 tahun!

Kini selain melakukan kemoterapi, Diana pun ikut melakukan terapi sedekah, di mana ia menyedekahkan hartanya demi kesembuhan sang putra. Kisah Diana berjuang melawan leukemia yang diderita Abi, telah tertuang dalam sebuah buku. Ditemui halohalo.co.id, Diana membeberkan kisahnya:

Diagnosis Awal Radang Selaput Sendi

"Awalnya Abi anak yang sehat. Baru di tahun 2005, kakinya pernah bengkak-bengkak karena keseleo. Saat saya bawa ke dokter, katanya Abi kena Arthritis (radang selaput sendi)," tukas wanita asal Bandung ini. Sejak itulah, Abi diterapi dengan obat-obatan radang selaput sendi.

Meski tak pernah putus mengkonsumsi obat, namun pada November 2006 - tepatnya ketika mereka sekeluarga tengah berlebaran di kampung halaman suaminya di Jambi, sakit Abi kembali kambuh.

"Di Jambi, Abi akut lagi. Meski saya membawa obat-obatan dari Bandung, tapi kondisinya tetap saja turun," kenang Diana yang beserta keluarganya berdomisili di Bandung. "Pas malam takbiran Abi bisa jalan, tapi wajahnya masih pucat," tambahnya.

Khawatir dengan kondisi buah hatinya, mantan pramugari yang saat ini mengelola sebuah salon di Bandung ini pun memutuskan kembali ke Bandung. Mereka pun langsung berkonsultasi dengan dokter yang selama ini menangani penyakit Arthritis Abi.

Ketika diperiksa, ternyata lekosit (sel darah putih) Abi turun. Dokter juga menemukan adanya blast (sel darah putih jahat) dalam darah putih Abi. Saat itulah baru diketahui, bahwa putra semata wayangnya menderita leukemia.

"Anehnya, saya masih bisa berdiri tegar saat dokter mengatakannya. Padahal sebelum saya, ada ibu-ibu yang guling-guling karena shock dengan vonis penyakit anaknya. Saya hanya bertanya, 'tapi ada obatnya kan Dok?'," kata kelahiran 2 Januri 1972 ini.

Tapi ketika mendengar Abi harus melakukan kemoterapi, ketegaran Diana pun langsung lenyap. Di benaknya, kemoterapi pasti akan membuat buah hatinya menjadi botak dan kulitnya gosong.

"Ternyata rambut botak dan kulit gosong cuma efek paling ringannya kemo," katanya pahit, walhasil Diana pun menolak buah hatinya menjalani kemo. Saat itu ia berpikir untuk menggunakan pengobatan alternatif.

"Tapi yang tidak bertentangan dengan agama, saya maunya yang menggunakan logika saja," tambahnya lagi. Misalnya, bila kaki Abi bengkak-bengkak ya dipijat. "Atau alternatif lainnya, seperti terapi mengalirkan energi," tukasnya.

Berburu Pengobatan Alternatif

Sebelumnya, Diana sempat menggunakan pengobatan alternatif yang mengandalkan obat-obatan suplemen di Sukabumi. Karena merasa cocok, maka ia sekeluarga pun memutuskan untuk serius mengobati buah hatinya di daerah itu.

"Awalnya cocok, tapi selang beberapa bulan, kondisi Abi kembali drop," katanya. Sayangnya, ternyata sang terapisnya pun mengaku sudah memberikan suplemen yang terbaik untuk Abi.

"Ia bilang, mungkin jalan satu-satunya Abi harus di kemo," kata Diana, kesal. Meski begitu, ia tetap kukuh menolak anaknya melakukan kemoterapi.

"Saya bilang waktu itu, 'daripada kemo, mendingan uangnya buat sedekah'" tukasnya. Tak dinyana, perkataan Diana itu membuat sang terapis terkejut. Ia lalu menganjurkannya mendatangi Ustad Yusuf Mansyur, untuk melakukan terapi sedekah.

Ternyata untuk bertemu Ustad Yusuf tidak mudah, apalagi saat itu beliau sedang naik daun dengan Wisata Hati-nya. Tapi Diana pun tak kenal menyerah, akhirnya, ia pun dapat bertemu dengan ustad muda tersebut di salah satu acaranya.

Di saat itulah, ia ceritakan masalahnya dan membuat daftar semua dosa-dosa yang pernah dibuatnya. "Berat juga sebetulnya mengingat itu semua, tapi itulah yang menjadi syarat saya dapat melakukan terapi di Wisata Hati," ujarnya, mengenang.

Bersedekah Sambil Kemoterapi

Melalui Wisata Hati yang dilakukannya, Diana banyak mempelajari berbagai ketentuan dalam bersedekah, salah satunya dengan melakukan ijab kabul. Bahkan saat itu juga, semua uang yang ia punya disedekahkan. "Hanya disisakan untuk bayar tol pulang saja," akunya.

Ketika itu, uang satu juta rupiah yang ia miliki telah diikhlaskan untuk disedekahkan. Tapi selang tiga hari kemudian, ternyata Diana malah mendapatkan rejeki dari temannya yang tinggal di luar negeri.

"Jumlahnya cukup besar, kalau dirupiahkan bisa mendapat 10 juta-an," tukasnya. Sejak itulah, tekad Diana untuk melakukan terapi sedekah semakin kuat. Sayangnya, ternyata kondisi Abi malah semakin memburuk. Sehingga Diana pun kembali ke dokter yang sama sebelumnya.

"Saat itu dokter sempat menyalahkan saya karena tidak mau menjalani kemoterapi," jelasnya. "Dokter mengatakan, kalau saja sebulan yang lalu Abi melakukan kemoterapi pasti sekarang ia sudah bisa lari-larian."

Tapi Diana tak berkecil hati, ia yakin mungkin inilah jalan yang harus ditempuh Abi. Meski buah hatinya tetap harus di kemo, namun ia puas telah berusaha semaksimal mungkin. Selain kemo, Diana tetap melanjutkan terapi sedekahnya.

"Saya dengan lapang hati mulai sering sedekah dan menambah keyakinan, sampai benar-benar meyakini bahwa kekuatan sedekah itu luar biasa," paparnya lagi. Ketika kondisi Abi mulai membaik, ia melihat bahwa inilah keajaiban yang diberikan padanya.

Bahkan setelah Diana mengikhlaskan communicator-nya untuk disedekahkan, dokter mengatakan kalau dalam tubuh Abi sudah tidak ada blast sama sekali. Pengalaman Diana ini menarik Penerbit Mizan yang memintanya untuk menuliskan kisahnya dalam sebuah buku.

"Awalnya saya sempat menolak, karena Abi masih dalam proses penyembuhan. Tapi setelah saya berkonsultasi pada Ustad Yusuf Mansur, beliau bilang sebaiknya saya tulis dan diniatkan untuk ibadah."

Ia berharap kisahnya menggunakan terapi sedekah dan cinta ini, dapat menginspirasi banyak orang. Terutama mengenai pengalamannya dalam mengobati Abi, melalui sedekah. Sehingga orang lain pun ikut merasakan keajaiban bersedekah.


2 comments:

  1. Ada harapan baru bagi penderita Leukimia.. sudah ada teknologi terbaru yang paling unggul di dunia pengobatan dan sains yang dapat membantu perawatan penyakit Leukimia yaitu TRANSFER FACTOR. Sudah melalui penelitian lebih dari 50 tahun oleh para pakar kesehatan dunia, direkomendasikan oleh Kementrian Kesehatan Rusia dan masuk dalam Buku Rujukan Dokter (PDR) di Amerika, terbukti aman dan tanpa efek samping. Jadi, jangan putus asa.. Masa depan itu sungguh ada!!
    www.thetransferfactorindonesia.com

    ReplyDelete
  2. bagaimana klo ingin mengikuti pengobatan tsb?????? apakah ada di setiap RS???

    ReplyDelete

About Me

My photo
Halo sobat...nama saya Didik Sugiarto.....Saya bukanlah blogger profesional....hanya sekedar hobi ngeblog dan juga belajar cara mencari uang dengan blog.....adsense, amazon, clickbank dll.......semoga blog ini bermanfaat bagi kita semua.