Tuesday, 27 October 2009
Letusan Dahsyat Gunung Tambora dan Krakatau
Tadi malam aku menyaksikan sebuah tayangan tentang letusan gunung tambora yang sangat dahsyat di Metro TV. Disitu digambarkan betapa ternyata di sebuah pulau kecil seperti sumbawa pernah terjadi letusan yang super hebat dan mengubah iklim dunia sampai beberapa tahun berikutnya. Tentu saja banyak korban yang terjadi di sana. Letusan itu pertama kali tercatat pada tahun 1813 kemudian tahun 1967. Dan entah tahun berapa lagi letusan berikutnya. Kalau dilihat dari siklus yang seratus tahun lebih...bisa jadi letusan itu akan terjadi di tahun 2000 sekian...? Aaah semoga saja tidak. Bangsa ini telah banyak mengalami bencana.....Tuhan semoga tidak menimpakan bencana lagi kepada kami.
Namun secara geologi...memang letak indonesia merupakan pertemuan berbagai lempeng bumi. Sehingga mau tidak mau kita harus selalu siap dalam menghadapi bencana apapun....dan selalu bertawakal kepada Tuhan...semoga kita diselamatkan dari musibah yang datang.
Artikel ini berkisah tentang letusan Gunung Krakatau dan Gunung Tambora yang sangat dahsyat itu.
Dahsyatnya Letusan Gunung Krakatau Dan Gunung Tambora
Maut, kehancuran harta benda, kemusnahan panen dan kelaparan adalah impact seketika dari dua letusan gunung api itu, namun rangkaian yang mengikutinya bukan saja keganjilan cuaca atau redupnya sinar surya, tapi juga perubahan kekuatan geo-politik lokal dan global.
Di Sumbawa kengerian tiada terkira, 48.000 orang menemui ajalnya sementara 36.275 lainnya mengungsi ke luar pulau. Erupsi Tambora menyusutkan populasi Sumbawa sampai 85.000 jiwa. Keadaan politik setempat berubah oleh lenyapnya dua kerajaan,Pekat dan Tambora. Menurut sebuah naskah asli, ” kapal boleh berlabuh di mana bekas negeri Tambora adanya”.
Namun gambaran ini cuma bersumber dari buku harian, naskah asli dan jurnal cuaca. Belum ada penelitian meteorologi dan teknologi komunikasi canggih seperti jaman sekarang. Belakangan baru orang bisa mempertautkan letusan Tambora di Indonesia pertengahan April – sampai pertengahan Juli 1815 itu dan dampak yang diciptakannya di tempat tempat lain di dunia.
Gara gara Tambora, dunia mengenang tahun 1816 sebagai ” tahun tanpa musim panas”. Di Eropa Barat, Amerika dan Kanada berembus udara beku (frosts) yang mematikan. . Debu pasir vulkanis yang disemburnya menyelimuti permukaan laut, dan abu pekat yang gentayangan sepanjang setahun berikutnya menutup sinar matahari.
Pola cuaca yang jungkir balik terjadi di hampir seantero belahan utara Bumi. Salju turun di New England, AS, pada bulan Juni, dan frost July – Agustus, membuat paceklik (yang bukan oleh kemarau).
Udara beku juga mematikan tanaman pangan di Eropa dan Kanada, menyebabkan kekurangan makanan. Kerusuhan yang disebabkan oleh rebutan jatah makanan meledak di Perancis dan Swiss. Di Irlandia, curah hujan dingin terjadi hampir sepanjang musim panas itu, dan di sana 65.000 orang mati oleh kelaparan dan tipus. Wabah kholera dan tipus yang menyebar ke wilayah wilayah Eropa, membunuh 200.000 orang.
Tambora meledakkan katupnya 12 April, yang paling mengerikan dari hari hari puncak letusan 10 – 15 April. Para ahli menyebutkan letusan ini sebagai yang terbesar sepanjang 10.000 tahun.
Krakatau meletus 26 Agustus 1883 yang seperti juga Tambora, diantar oleh serentetan ledakan yang terjadi dalam beberapa bulan sebelumnya. Tiga kali puncak ledakan yang terjadi di pagi hari 26 Agustus itu terdengar gaungnya sampai sejauh Alice Springs, Australia (3500 Km), Filipina, Madagaskar dan pulau pulau sejauh 4800 Km di Pasifik. Daya ledaknya ditaksir sampai 21.547,6 kali bom atom. Suara ledakan Krakatau terkeras sepanjang sejarah tertulis (kendati dipercaya suara ledakan Tambora 1815 pasti lebih keras).
Gelombang tsunami yang ditimbulkannya seketika menyapu kota kota pantai di Jawa dan Sumatra, yang menimbulkan 36.417 orang tewas. Keseluruhan korban jiwa akibat terjangan gelombang raksasa mencapai lebih 100 ribu. Ada dokumen yang menyebutkan penemuan seonggok mayat di ” rakit” batu apung yang terdampar ke pantai Afrika setahun kemudian. Letusan Krakatau pun ” bertanggungjawab” atas iklim global. Dunia sempat gelap dua setengah hari dan karena lapisan atas atmosfir masih dilekati lapisan abu vulkanis, matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya. Debu yang mengawan nampak di langit Norwegia.
Lihatlah kawah Gunung Tambora di atas, Kalau menghitung dari peta topografi, diameter kawah sekitar 6 km. Dinding-dinding terjalnya, menjulang tinggi hingga lebih dari 1.000 m.
Dataran luas terhampar di dasar kawah. Inilah sisa letusan tahun 1815. Bisa dibayangkan betapa dahsyat letusan kala itu. Ahli geologi memperkirakan bahwa volume puncak yang hilang karena pembentukan kawah ini sebesar 30 km3. Mungkin tepat di atas tengah kawah inilah dulunya puncak 4.000 m berada.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
About Me
- Didik sugiarto
- Halo sobat...nama saya Didik Sugiarto.....Saya bukanlah blogger profesional....hanya sekedar hobi ngeblog dan juga belajar cara mencari uang dengan blog.....adsense, amazon, clickbank dll.......semoga blog ini bermanfaat bagi kita semua.
No comments:
Post a Comment