Thursday, 5 August 2010

Heboh foto gadis afganistan tanpa hidung di Majalah Times antara fakta atau propaganda...??



Majalah Times menampilkan gambar seorang gadis Afganistan yang dihukum oleh Taliban sehingga harus kehilangan kecantikannya. Karena hidung dan kedua telinga nya harus dipotong akibat melanggar "hukum" Taliban. Apakah ini sebuah propaganda AS ...atau memang bukti nyata bahwa Taliban memang kejam...? Lebih lanjut silahkan simak artikel berikut:

Eksploitasi Foto Brutal, Majalah Time Jalankan Propaganda AS

WASHINGTON (Berita SuaraMedia) – Sebuah foto mencengangkan yang memperlihatkan seorang gadis muda Afghanistan berusia 18 tahun tanpa hidung setelah ia kabur dari suami yang kasar memicu kontroversi berkepanjangan mengenai harus tidaknya pasukan NATO bernegosiasi dengan Taliban.

Gadis dalam gambar tersebut, yang muncul di sampul depan majalah Time minggu lalu juga diklaim memiliki telinga yang putus. Tapi, majalah itu hanya menyebutnya "Aisha". Ia dilacak di rumah tempatnya mengungsi.

Majalah Time mengklaim bahwa ia dipegangi oleh saudara iparnya dan suaminya menggunakan sebilah pisau untuk memotong telinga dan hidungnya. Sejak saat itu "Aisha" mengungsi di penampungan rahasia perempuan di Kabul.

Di samping gambar itu, Time menulis, "(Inilah) yang terjadi jika kita meninggalkan Afghanistan". Hal itu mendatangkan kritikan dan juga pujian di AS.
Tom Scocca, seorang kolumnis, memuji gambar itu, namun ia menyatakan "Kata-kata yang pas adalah, yang masih terjadi meski kita ada di Afghanistan."
Tapi, di situs Salon, Mary Elizabeth Williams menulis, "Kita bisa memuji Time, Aisha adalah korban kekerasan. Dia adalah alat pembujuk, dan fotonya brutal."

Glen Greenwald dari Salon.com pernah melaporkan bahwa Amerika menciptakan "berita" palsu dan menyesatkan mengenai perang di Afghanistan, karena kantor berita besar AS seperti agensi berita New York Times dan CNN sering menerbitkan propaganda Pentagon untuk kekerasan dan pembunuhan yang terjadi di sana tanpa mempertanyakan asal informasi.

Contoh yang nyata mengenai hal tersebut terjadi pada 12 Februari 2010, saat pasukan NATO mengeluarkan pernyataan pers yang bertajuk "Penemuan Menakjubkan Pasukan Gabungan di Gardez". Mereka menyatakan, "Setelah intelijen membenarkan adanya aktivitas militan di sebuah lokasi dekat desa di provinsi Paktiya, drotsnh yrnysts internasional mendatangi tempat itu dan terlibat baku tembak dengan 'beberapa pemberontak'. Dua orang 'pemberontak' terbunuh, dan setelah pasukan gabungan memasuki lokasi, mereka menemukan mayat tiga perempuan yang diikat disumpal mulutnya dalam keadaan tak bernyawa."
Tapi, sebuah laporan media Afghanistan mengenai peristiwa yang sama berisi hal yang amat berbeda.

Pajhwok Afghan News melaporkan bahwa pasukan khusus AS salah menyerbu kediaman kepala intelijen di distrik Zurmat. Namanya Daud, dan ia ada di dalam rumah untuk merayakan kelahiran putranya dengan keluarga. Yang terbunuh dalam serangan adalah Daud, saudaranya Zahir, dan tiga orang perempuan. Media Afghanistan tersebut kemudian melaporkan bahwa ada seorang juru bicara gubernur yang membenarkan bahwa operasi tersebut merupakan operasi tidak tepat oleh pasukan yang dipimpin NATO.
Bahkan, pasukan NATO yang diterjunkan di medan perang Afghanistan berupaya membungkam seorang jurnalis karena jurnalis yang bersangkutan mencoba mengatakan kebenaran mengenai penyerbuan malam hari NATO untuk menghabisi warga sipil Afghanistan, termasuk ibu-ibu hamil.

Seperti dikutip pemberitaan Huffington Post, Derrick Crowe, seorang blogger yang sering mengangkat isu Afghanistan, Maret lalu menuliskan: "Minggu lalu, saya berbicara dengan jurnalis yang berada di Afghanistan, Jerome Starkey, mengenai laporannya terkait penyerbuan pasukan khusus yang menewaskan banyak warga sipil serta tanggapan NATO yang mengejutkan dan mengecewakan."
"Dalam rekaman video ini terdapat gambar-gambar dan cerita kekerasan yang mengganggu, dan sebuah upaya untuk membungkam orang yang ingin menyampaikan kebenaran. Video itu menunjukkan betapa pentingnya bagi kita untuk terus melawan mesin penyampai pesan Pentagon."

Sepuluh orang anak dan remaja tewas ketika pasukan NATO menyerbu sebuah wilayah terpencil di pegunungan dekat perbatasan dengan Pakistan pada bulan Desember tahun lalu.

Kala itu, NATO mengklaim bahwa pasukan penyerang menyebut "sebuah kelompok pemberontak yang bertanggung jawab atas serangkaian kekerasan." Namun, belakangan sejumlah sumber Barat mengakui bahwa semua korban berusia antara 12 hingga 18 tahun, dan sama sekali tidak terlibat dalam aktivitas perang gerilya.
Pasukan khusus dan agen intelijen Barat yang melakukan operasi terselubung di Afghanistan banyak mendapat kritikan karena penyerbuan malam hari tersebut dilakukan atas dasar data intelijen palsu atau meragukan dan berujung pada kematian warga sipil.


No comments:

Post a Comment

About Me

My photo
Halo sobat...nama saya Didik Sugiarto.....Saya bukanlah blogger profesional....hanya sekedar hobi ngeblog dan juga belajar cara mencari uang dengan blog.....adsense, amazon, clickbank dll.......semoga blog ini bermanfaat bagi kita semua.