Dapat artikel yang menarik nih dari suara pembaca di detik.com tentang pemimpin yang adil....yang seharusnya memberikan contoh dan tauladan kepada kita semua.....lebih lanjut......simak suara pembaca berikut:
Rindu Penguasa yang Adil
Novia Astri Putriyanti
Jakarta - Seiring dengan kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) pada tanggal 1 Juli 2010 rakyat miskin kian hari kian merisaukan. Pasalnya kenaikan TDL memberikan efek domino berupa kenaikan harga sembako, ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK), dan pengangguran.
Jika kriteria kemiskinan yang digunakan adalah ukuran World Bank, yaitu mereka yang berpenghasilan di bawah 2 Dolar/ Rp 19,000 per hari (sekitar Rp 500 ribu/ bulan), maka angka kemiskinan di Indonesia bisa di atas 43% dari sekitar 240 juta penduduk Indonesia. Kira-kira mendekati 100 juta jiwa.
Ironisnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengajak masyarakat untuk berhemat. Namun, pada saat yang sama para penguasa itu hidup bermewah-mewahan.
Lihatlah anggaran untuk pembelian baju presiden 893 juta per tahun, 1,8 triliun untuk renovasi gedung DPR super mewah, 800 untuk pembelian pesawat kepresidenan, 1,173 triliun untuk "jalan-jalan" ke luar negeri selama tahun 2001-2011.
Selain itu, penghematan di jajaran pemerintahan tak pernah terlihat. Masyarakat masih ingat bagaimana uang Rp 22.55 miliar untuk tahun anggaran tahun 2009 dihamburkan hanya untuk merenovasi pagar Istana.
SBY sendiri tak memberikan contoh bagaimana dirinya melakukan hemat energi itu. Misalnya ia naik kendaraan umum saja ke Istana atau seluruh listrik Istana dimatikan pada malam hari. Itu tidak terjadi. Inilah sikap 'munafik' penguasa.
Gaya hidup penguasa kaum Muslim saat ini yang menampilkan kemewahan. Dari mulai gaji yang tinggi hingga mobil dinas yang mahal, tidak bisa dilepaskan dari cara pandang mereka terhadap jabatan. Berbeda halnya dengan para khalifah (kepala negara Khilafah) dulu.
Bagi mereka, jabatan adalah amanah. Karena itu, jabatan agtau kekuasaan benar-benar dimaksudkan untuk menunaikan apa yang menjadi hak rakyatnya. Bagi mereka, martabat dan kehormatan justru terletak pada ketakwaan, dan salah satu ukuran ketakwaan terletak pada sikap amanah dalam mengurus rakyat, bukan pada kemewahan.
Sesungguhnya sistem sekular-kapitalis-liberal inilah yang menjadi penyebab hilangnya karakter para pemimpin yang sederhana dan zuhud. Sekaligus yang menjadi penyebab suburnya para pemimpin yang tamak akan 'sekerat tulang' dunia.
Novia Astri Putriyanti
Jl Gegerkalong Girang No 27 Bandung
nokuw_chan@yahoo.co.id
085759231924
sumber:detik.com
No comments:
Post a Comment