Thursday, 23 April 2009

Kalau anda mau sukses, bacalah buku motivasi..!!!



Setidaknyalah itulah rahasia sukses tukul arwana yang disampaikan pada artikel berikut.

Tukul Arwana: Mantan Sopir Yang Sukses Berkat Buku Motivasi

Ketika acara Empat Mata hadir sebagai salah satu acara bincang-bincang di televisi, berbagai tanggapan negatif muncul dari berbagai kalangan. Apalagi kalau bukan menyoroti gaya si pembawa acaranya yang terkesan kampungan dan agak 'seronok'.

Reaksi yang sama juga datang saat si pembawa acara tersebut, Tukul Arwana (45), pada acara Panasonic 2007 lalu malah berhasil menggondol predikat sebagai pelawak terfavorit versi pemirsa televisi. "Saya hanya `wong deso` tetapi yang memilih saya `wong pinter' semua," katanya saat memberikan sambutan atas kemenangannya.

Terlepas dari apa yang diomongkan orang, Tukul tetaplah Tukul yang kata-katanya belakangan malah terkenal dan menjadi ikon tersendiri baginya. Kalimat 'Kembali ke laptop', 'katro', 'wong deso', sampai 'tak sobek-sobek' bahkan sudah begitu meluas dikalangan masyarakat.



Mencapai posisinya saat ini, menurut Tukul, membutuhkan empat rumus yang ia kemas sendiri, yaitu keinginan, potensi, relasi dan faktor X. Lewat sebuah buku, Tukul yang dulu berprofesi kenek (kondektur) dan supir (angkutan maupun pribadi) mampu bermetomorfosis menjadi seorang entertainer dan pebisnis sukses.

Salah satu kunci yang membuat ia disukai, adalah dengan bersikap apa adanya, bahkan cenderung mempergunakan gaya kampungan (katro) dan ndeso-nya sebagai pemancing reaksi penonton. Padahal, gayanya ini dulu sempat ditolak oleh salah satu radio.

"Waktu pertama kali ditawarin di Empat Mata, saya ngomong kekurangan saya di wawasan dan intelektual. Saya cuma (lulusan) SMA. Akhirnya ditransferlah laptop. Cara membawakan ya gaya saya, cuma pertanyaan dari Tim Kreatif," kata pria yang memiliki nama asli Riyanto ini.

Siapa sangka keluguan Tukul membawakan acara dan seringnya ia dicela bintang tamu dan pemirsa, malah membuat acara bincang-bincang ini menjadi meledak bahkan makin diminati banyak orang. Tak heran bila kini Trans 7 selalu memperpanjang kontraknya setiap tahun.

Sejak Kecil Sudah Pandai Melucu

Kemampuan melucu Tukul sebenarnya sudah dikenal oleh keluarga maupun teman-temannya, ia bahkan sering mengisi acara tujuh belasan di tingkat RT maupun RW. Jadi kecil-kecil, Tukul sudah ngetop di kalangan kelurahan.

"Setiap nonton pelawak di teve, saya selalu bertekad bahwa suatu hari nanti saya akan muncul di teve juga dan akan ditonton banyak orang," kenang pria kelahiran Semarang, 16 Oktober 1963 ini.

Keyakinan ini ia pegang kuat-kuat, hingga suatu hari temannya yang bernama Joko Dewo menyarankannya untuk hijrah ke Jakarta. "Kul, kalau kamu terkenal di daerah, kamu enggak bakal ngetop. Kamu harus ke Jakarta, Jakatra itu barometer," katanya, menirukan sang teman.

Maka di tahun 1985, hijrahlah Tukul ke Jakarta dengan segenap obsesi dan pengharapannya. Ternyata Jakarta tak seramah yang diduga. Untuk tetap hidup, ia pun bekerja sebagai supir. Bahkan, di tahun 1994, ia sempat ingin kembali ke kampung.

Tapi saat itu berpikir, pulang kampung sebagai orang yang tidak berhasil, akan lebih menyakitkan ketimbang hidup susah di Jakarta. Maka keinginannya itu pun ia batalkan. Bahkan, setahun kemudian ia malah berani menikahi gadis asal Padang, Susiana.

Buku Pemacu Sukses

Tak bahagia karena hanya menjadi supir, Tukul kerap mengeluh pada sahabatnya, Ramon Tommybens. Saking seringnya ia mengeluh, suatu hari sang teman pun memberinya sebuah buku motivasi. "Nih Kul, daripada ngeluh terus, mendingan kamu baca buku ini," katanya, menirukan Ramon.

Buku itu yang temanya mengenai cara menikmati hidup dan mengatur pekerjaan ini, ternyata cukup mujarab. Apalagi sejak kecil, ia termasuk gemar membaca. "Cuma waktu kecil itu bacaannya primbon dan fengshui," katanya tergelak.

Setelah membaca buku itu, Tukul pun jadi rajin membaca buku motivasi dalam kehidupan sehari-hari lainnya. "Bukan cuma di baca, tapi juga saya praktekkan dalam kehidupan sehari-hari," kata Ayah dari Novita Eka Afriana (11).

Lewat berbagai buku itu pula, ia jadi memandang hidup secara lebih positif dan melihat apa yang ia dapatkan adalah vitamin dan investasi bagi masa depan.

"Investasi itu tidak harus uang, misalnya saya mempelajari bagaimana cara menyenangkan orang lain dan saat saya mempraktekkannya, itu investasi. Karena suatu saat, saya akan mengalami hal itu dari orang lain," katanya berfilosofi.

Jadi meski masih hidup susah, Tukul tak lagi mengeluh. Ia mencamkan semua teori yang ia dapat dari buku-buku yang ia baca. "Saya tetap bertekad menjadi pelawak sukses. Keinginan dan potensi sudah ada, tinggal relasi," cetusnya.

Dari Pelawak Hingga Pembawa Acara

Tukul sadar, untuk menjadi pelawak, mau tak mau ia harus memiliki relasi yang juga berprofesi sebagai pelawak. "Saat itu saya baru sadar, menjadi supir membuat saya tidak punya relasi pelawak," jelas pria yang sempat ingin jadi insinyur ini.

Bagaimana mendapatkan relasi pelawak? Tukul tak hilang akal, saat ia mendengar banyak pelawak yang berkumpul di TVRI, ia pun mulai melakukan pendekatan dengan sering menyambangi TVRI di tahun 1989.

Meski sudah berkumpul di 'tempat yang tepat', tapi bukan serta merta kesuksesan datang. Sebab sebagai pelawak yang hanya sesekali muncul di televisi, kehidupan Tukul masih morat marit.

Nama dan wajahnya baru diingat orang, saat ia tampil dalam video klip Joshua di tahun 1997. Mengiringi sukses lagu 'Diobok-obok' yang dinyanyikan penyanyi cilik tersebut, nama Tukul Arwana pun mulai ikut disebut-sebut.

Keberuntungan pun mulai datang, Tukul selanjutnya diminta TPI untuk menjadi pembawa acara musik bertajuk 'Aduhai' dan 'Dangdut Ria' di Indosiar. Baru saat TV7 mempercayakannya membawakan acara 'Empat Mata', namanya mulai berkibar.

Melalui acara bincang-bincang yang sempat dicibir orang ini, kehidupan Tukul perlahan-lahan meningkat. Dari sebelumnya tinggal di rumah kontrakan di Blok S, sekarang Tukul bisa berbangga sebagai pemilik tiga rumah kontrakan dan dua rumah mewah milik pribadi di kawasan Cipete Utara.

Kacang Tak Lupa Kulitnya

Meski kini telah sukses, tapi bukan berarti Tukul melupakan masa lalunya. Ibarat kacang yang tak lupa kulitnya, ia tahu bahwa masih banyak orang-orang sepertinya yang belum mendapatkan kesempatan untuk berkembang dan sukses.

Karena itulah, di rumahnya, Tukul kerap mengumpulkan teman-teman seniman pelawak dari daerah dan membuat markas kecil yang diberi nama 'Ojo Lali' untuk dijadikan ajang tukar pikiran serta meramu ide-ide lawakan yang kreatif.

Tukul mengaku tidak ada yang berubah dalam kehidupannya, yang berbeda, waktunya kini jadi semakin sedikit untuk keluarga. Kehidupan selebriti yang gemerlap dan kadang tanpa batas pun sempat membuat putri semata wayangnya protes.

Wajar bila putrinya protes, sebab dalam acaranya, Tukul kerap mencolak colek dan mencium pipi para tamu wanitanya. "Tapi saya jelaskan sama Vita, kalau itu adalah bagian dari pekerjaan. Dan karena anak saya sudah besar, jadi dia mengerti," ujar Tukul.

Ia juga mengaku senang dengan protes yang diajukan putrinya, sebab Vita bersekolah di sekolah Islam. "Saya juga sempat mengenyam sekolah Islam sewaktu kecil," kenangnya. Ajaran agama yang kuat pula lah yang membuatnya dapat terhindar dari pergaulan negatif, termasuk Narkoba.

"Meski waktu kecil saya sering usil, tapi tidak sampai ke tindak kriminal. Kalau sampai nyolong sandal di masjid gitu ya enggak lah," pungkasnya. (TR)


2 comments:

  1. Mantap skali Blog anda... Bagus2 ceritanya... i like it.. thanks...

    ReplyDelete
  2. boleh masukkan judul-judul buku koleksi tukul...!!!

    ReplyDelete

About Me

My photo
Halo sobat...nama saya Didik Sugiarto.....Saya bukanlah blogger profesional....hanya sekedar hobi ngeblog dan juga belajar cara mencari uang dengan blog.....adsense, amazon, clickbank dll.......semoga blog ini bermanfaat bagi kita semua.