Ternyata wafatnya Gus Dur didahului oleh Tukang cukur langganan Gus Dur selama ini. Jadi ingat wafatnya mbah Surip yang didahului oleh Sang Burung Camar Ws rendra. Bagaimana cerita sebenarnya ...? Silahkan simak artikel berikut:
Tukang Cukur Dahului Wafatnya Gus Dur
Berbekal informasi dari teman, Persda Network berusaha mencari tahu siapa yang selama puluhan tahun berani memegang kepala Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid. Ternyata Yusuf Sobari lah orangnya. Dia adalah tukang cukur yang memiliki tempat cukur 'Barber Shop International', di Lantai IV Blok II Pasar Senen, Jakarta Pusat.
Ketika kami baru saja membuka pintu Barber Shop International, seorang ibu yang biasa dipanggil para pedagang sekitar Ibu Tuti (52) langsung menyambut. "Mau potong rambut, Mas. Apa sekalian dikeramas," tanya Tuti kepada Persda Network, Jakarta, Sabtu (2/1).
Tuti membenarkan jika pria yang akrab dipanggil Gus Dur itu adalah pelanggan tetap di Barber Shop International sejak 1990. Hampir satu hingga dua bulan sekali Gus Dur mencukur rambutnya di tempat itu. "Ya, memang dulu pak Gus Dur sering ke sini," ujarnya.
Tempat cukur itu tidak terlalu besar. Hanya 3 X
Benar... Pak Yusuf sudah meninggal.
10 meter. Di dalamnya terdapat lima kursi empuk berwarna hitam berjejer rapi di depan cermin yang menempel di dinding. Gunting elektrik, gunting cukur manual, silet, dan peralatan barber shop lainnya juga tertata rapi di meja.
Namun, saat kami berusaha tanya lebih dalam soal cerita Gus Dur yang cukur di tempatnya, Tuti menolak. Pasalnya, tukang cukur langganan Gus Dur yang bernama Yusuf Sobari telah meninggal dunia pada Juli 2009 yang lalu, karena kecelakaan kendaraan.
Kami terkejut, karena ternyata tukang cukur andalan Gus Dur yang hendak kami wawancarai sudah lebih dulu wafat dibanding Gus Dur. "Ya benar. Pak Yusuf sudah meninggal dunia," ungkapnya.
Kami tanyakan dengan tegas, "Apa benar, bu."
"Benar," katanya.
Tuti juga lantas meminta kami tidak melanjutkan wawancara. "Sudah cukup, Mas. Saya nggak mau wawancara lagi. Saya takut salah bicara," tolaknya.
Sayang sekali, dan memang sudah su
sumber:kompas.com
No comments:
Post a Comment