Sudah lama sebenarnya saya ingin menulis tentang minuman penambah tenaga atau penambah energi ini. Namun karena keterbatasan data dan ketika browsing di internet juga belum menemukan artikel yang cocok dengan tema tersebut. Mengapa saya ingin menulis ini...?
Pertama memang karena ingin menyadarkan masyarakat akan bahayanya minuman penambah energi bila diminum melebihi dosis yang dibolehkan. Sehingga banyak masyarakat yang nggak tahu...bahkan sampai meminumnya berlebihan.
Kedua : dengan semakin gencarnya iklan penambah energi ini...makin meningkatkan jumlah konsumsi terhadap minuman seperti ini. Sehingga melupakan efek samping yang akan ditimbulkannya.
Lepas dari itu semua...sebagai apoteker saya menyarankan untuk meminum produk tersebut sewajarnya saja. dan jangan berlebihan. Apa alasannya...?
Kebetulan saya menemukan artikel tentang efek samping minuman penambah tenaga ini. Yaitu berupa penelitian di sebuah perguruan tinggi negeri di Surakarta. Yang menjelaskan tentang efek samping minuman penambah energi ini. Lebih lanjut simak artikel berikut:
'Ngejoss' dan Nasib Rambut Anda
INI kisah Polan, 35 tahun, yang keranjingan menenggak minuman berenergi. "Pagi, siang, sore, malam, saya minum ini," kata Polan sambil menyebut merek terkenal yang gencar diiklankan di televisi. Selama minum, tubuhnya segar. Begitu absen, badan langsung lemas. Padahal, sebagai tukang ojek yang nyambi sebagai petugas jaga malam di sebuah perusahaan di Jakarta, Polan harus terus bertenaga.
Kini Polan mulai risau. Sebuah berita yang dimuat Radar Solo, koran lokal di Surakarta, Jawa Tengah, pekan-pekan ini menjadi perbincangan seru di berbagai milis internet: kebotakan dan gagal ginjal mengintai para penggemar fanatik minuman berenergi. "Apa betul segawat itu?" kata Polan sembari mengelus rambut lurusnya.
Berita yang bikin penasaran tadi memang bukan cuma obrolan warung kopi. Dasarnya adalah riset milik Alfiah Kurnia, mahasiswa semester IX Jurusan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Riset ini membuat Alfiah meraih gelar juara I dalam Lomba Mahasiswa Berprestasi 2002 versi Koodinator Perguruan Tinggi Wilayah IV Jawa Tengah.
Hanya, menang lomba tidak mutlak menjamin kesahihan penelitian Alfiah. Sang peneliti belia (22 tahun) sendiri mengakui, risetnya yang juga bagian dari proses skripsi sarjana ini belum tuntas sempurna dan belum waktunya dimuat koran. Komentar senada muncul dari Haryatmi, ahli biologi yang juga dosen pembimbing Alfiah di FKIP UMS. Karena belum tuntas, riset Alfiah belum layak dipublikasikan.
Tapi, berhubung riset itu sudah telanjur tersebar, penting bagi kita mencermatinya. Apalagi yang menjadi obyek penelitian tergolong berpenggemar melimpah, yakni Extra Joss, yang diproduksi PT Bintang Toedjoe, Jakarta.
Secara umum, riset Alfiah memang sudah memenuhi standar metodologi penelitian. Ada 18 ekor tikus putih (Mus musculus) yang dibagi dalam 6 kelompok. Satu grup kontrol hanya diberi air putih biasa. Sisanya, lima grup, ditetesi minuman berenergi dengan dosis berbeda untuk setiap kelompok, dari 0,01 sampai 0,05 miligram per kilogram berat badan tiap hari.
Bila dikonversikan pada manusia, dosis bagi kelima kelompok tikus itu setara dengan 1-5 sachet Extra Joss. Ini angka yang beralasan. "Banyak orang minum lebih dari batas normal yang tiga kali sehari," katanya. Riset yang berlangsung 35 hari pun bukan pilihan sembrono. Sesuai dengan rumus konversi, 35 hari tikus setara dengan 3 tahun manusia.
Alfiah lalu mencatat segenap perubahan fisik. Grup kontrol relatif tetap stabil. Tapi yang diberi minuman berenergi mengalami kerontokan bulu atau brondhol. Mereka juga menjadi hiperaktif, yang makin parah seiring dengan tingginya dosis. Tikus-tikus itu berlarian mengitari kandang dan bertabrakan. Ada yang bibirnya sampai jontor.
Di ujung riset, semua tikus dibunuh dan ginjalnya diambil untuk diteliti. Hasilnya? Tercatat kerusakan pada sel ginjal yang bertugas menyaring cairan yang masuk tubuh. Makin tinggi dosis minuman, kian banyak sel ginjal yang mati, pecah, atau hancur.
Hal ini, menurut Alfiah, membuktikan senyawa kafein, ginseng, dan taurin dalam minuman berenergi ampuh mengaktifkan kerja sel. Saraf pusat dipaksa terus giat terjaga. Agaknya, inilah sang biang keladi. Sebab, "Bagaimanapun, sel-sel tubuh perlu istirahat," kata Alfiah.
Apakah kebotakan dan ginjal rusak bakal terjadi pada manusia? Memang belum tersedia jawaban yang jitu untuk soal ini. Haryatmi pun tak mau berspekulasi karena riset Alfiah barulah tahap awal dan sederhana.
Soesilo Rahardjo, Manajer PT Bintang Toedjoe, sepakat. Perlu kerja yang lebih serius untuk mencari jawaban yang lebih pasti. Patut dicatat, Extra Joss berkadar kafein 50 miligram atau tak lebih dari kafein dalam secangkir kopi. "Kami pun sudah menawarkan bantuan dana agar UMS bisa melakukan riset lanjutan," kata Soesilo.
Sementara itu, Soesilo menambahkan, Bintang Toedjoe telah meminta pihak independen, yakni tim ahli Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Jakarta, melakukan riset serupa. Riset yang dipimpin farmakolog Suhardi K. Suherman ini menunjukkan minuman berenergi tidak berdampak negatif. Kawanan tikus malah tampak sentosa dengan bobot tubuh bertambah.
Lalu bagaimana konsumen mesti bersikap?
Bagi Utomo Dewanto, ahli toksikologi FKUI, riset Alfiah membawa pesan penting: agar masyarakat lebih bijaksana. Tak perlu kelewat memuja khasiat minuman berenergi. Sesuai dengan teori klasik, apa pun yang berlebihan pasti berdampak tidak sedap. Minuman yang ringan pun bisa berakibat sama sekali tak ringan.
sumber:
http://majalah.tempointeraktif.com
No comments:
Post a Comment