Bagi pemain saham saat ini memang harus ekstra hati-hati. Mengingat masih belum jelasnya kondisi ekonomi eropa pasca gagal bayarnya Yunani. Lebih baik mengamankan dulu portofolio dalam bentuk cash...dan menunggu saat yang tepat untuk masuk kembali. Mungkinkah ini bisa memicu krisis ekonomi kedua...? Simak artikel berikut:
Rupiah Terus Melemah, Dana Asing Kabur Rp 10 Triliun
Aliran modal asing yang mengalir deras ke luar (capital outflow) dari pasar keuangan domestik diperkirakan sudah mencapai di atas angka Rp10 triliun. Inilah yang diduga membuat nilai tukar rupiah anjlok dalam sepekan ini.
Perkiraan larinya modal asing sebesar itu karena pada pekan sebelumnya saja capital outflow sudah mencapai Rp10 triliun. Kini, dengan semakin tertekannya rupiah dalam sepekan ini hingga tadi sore tercatat Rp9.300 per dolar AS, dana asing yang ke luar sudah melebihi Rp10 triliun.
Dana asing yang ke luar itu adalah dana yang ditempatkan di instrumen Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Deputi Gubernur Bank Indonesia Hartadi Agus Sarwono pernah menyatakan bahwa bank sentral telah bersiap menghadapi skenario terburuk semisal dana asing terus mengalir keluar. Mengingat pengalaman krisis tahun 2008 lalu, BI menyiapkan dana alias likuiditas yang cukup untuk mengantisipasi terjadinya capital outflow yang lebih dahsyat lagi. "Yang harus kami jaga adalah diperlukannya dana yang besar untuk menutup likuiditas," katanya.
Praktis, BI mengandalkan cadangan devisa yang nilainya US$ 78,5 miliar per akhir April lalu. Namun, Hartadi enggan mengungkap berapa posisi cadangan devisa saat ini. Kemungkinan besar nilai cadangan devisa sudah banyak terkuras untuk menahan kejatuhan rupiah kemarin.
Hari ini Menko Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan bahwa pemerintah tidak khawatir dengan capital outflow, terkait krisis utang di Eropa. Saat ini pemerintah terus mencermati perkembangan dari penyelesaian utang Yunani dan juga pergerakan ekonomi di Eropa terkait hal tersebut. "Kita cermati. BI-Menkeu terus ikuti," ujarnya.
Seperti diketahui, pada perdagangan bursa pekan ini, IHSG kian menurun hingga mencapai level 2.600-an yang diakibatkan sentimen krisis utang Eropa. Para investor khawatir akan hal tersebut, sehingga banyak beralih ke instrumen investasi yang lebih aman.
"Adanya penurunan pada IHSG tidak berkaitan dengan spekulasi. Pergantian Menkeu, pengunduran Anggito atau isu lain. Ini pengaruh Eropa yang pemain di pasar tersebut agak menahan diri untuk perkembangan itu," ujarnya.
Kendati demikian, Hatta tidak merasa khawatir akan keluarnya dana asing dari pasar Indonesia karena didukung oleh fundamental yang kuat. "Saya tidak terlalu khawatir capital outflow, karena pasar kita sangat baik. Bukan tanpa alasan ada dana asing masuk. Sepanjang yield kita baik, kita tidak usah khawatir," katanya.
Namun, ia mengungkapkan, keadaan di Eropa tetap harus diwaspadai karena berpotensi menekan pasar di seluruh dunia.
sumber: www.nonblok.com
No comments:
Post a Comment