OBSTRUCTIVE sleep apnea atau gangguan tidur yang biasanya ditandai dengan ngorok berisiko memunculkan serangan jantung di malam hari dibanding pada siang hari. Demikian sebuah penelitian mengungkap.
Pada orang yang mengalami obstructive sleep apnea, jalur napas atau udara bagian atas terblokade atau terhambat entah itu pada sebagian atau seluruh saluran yang menyebabkan pernapasan terganggu, tersendat berkali-kali selama semalam.
Penelitian baru yang dipublikasikan di Journal of the American College of Cardiology, merekomendasikan bahwa mereka yang mengalami serangan jantung saat tidur di malamhari biasanya terjadi dipicu oleh adanya obstructive sleep apnea. Demikian kesimpulan ini dibuat berdasar pengamatan pada 92 orang yang pernah mengalami serangan jantung.
Para pasien ini diamati dengan cermat, kapan serangan jantung mulai. Mereka juga diteliti pola tidurnya di sebuah laboratorium tidur selama 17 hari setelah serangan jantung. Penelitian mengenai tidur ini menunjukkan, 64 pasien menderita obstructive sleep apnea.
Para pasien dengan atau tanpa gangguan tidur nyaris sama-sama memiliki riwayat pernah menggunakan obat dan memiliki latar belakang risiko sama. Namun masing-masing memiliki perbedaan waktu saat mengalami serangan jantung. Mereka yang mengalami obstructive sleep apnea enam kali lebih berisiko mengalami serangan jantung di malam hari mulai tengah malam hingga pukul 6 pagi hari dibanding siang hari. Sebaliknya, mereka yang tidak memiliki gangguan ngorok ini biasanya mengalami serangan jantung justru di pagi (pkl. 6 pagi) hingga ssore hari.
Obstructive sleep apnea "bisa jadi menjadi pemicu" munculnya serangan jantung, tulis para ilmuwan, yang salah satu anggotanya adalah Dr. Fatima Kuniyoshi, PhD. Tim Kuniyoshi ini kemudian melanjutkan penelitian untuk melihat apakah dengan menangani obstructive sleep apnea ini dapat mengurangi risiko serangan jantung.
No comments:
Post a Comment