Nah..ini peringatan keras bagi para orang tua. Terutama bagi ibu yang nggak dekat sama anaknya. Konon berdasarkan penelitian...seorang anak laki yang dekat dengan ibunya, akan mempunyai tingkah laku yang lebih baik dan terkendali dibandingkan yang nggak dekat dengan ibunya. So...buat para ibu ...jangan bosan-bosan untuk terus berdialog dengan anak laki anda.....karena iutu sangat bermanfaat bagi keseimbangan emosi anak saat dewasa nanti. Lebih lanjut mengenai hal ini...simak artikel berikut:
Anak Laki Dekat dengan Ibu Minim Perilaku Negatif Saat Dewasa
Ibu sebaliknya jangan membuat jarak dalam hubungannya dengan anak lakinya. Karena penolakan kedekatan dari sang ibu akan membuat anak laki berperilaku negatif saat dewasa.
Sudah banyak kasus ibu yang lebih banyak marah menghadapi anak laki-lakinya yang nakal dan menolak untuk memahami perilakunya atau malah menjauh ketika anak sedang ingin dekat dengan ibunya.
Padahal ketulusan ibu untuk membuat hubungan yang akrab akan menjaga perilaku anak lakinya tetap lurus dan terkendali saat ia dewasa.
Peneliti menemukan anak laki-laki jarang terlibat masalah atau berperilaku negatif ketika dewasa jika si anak punya hubungan yang akrab dengan si ibu semasa kecilnya.
Ilmuwan menganalisa data 6000 anak di bawah usia 12 tahun. Hasilnya ditemukan, anak laki yang tidak punya hubungan akrab dengan ibu cenderung menjadi lebih agresif dan menderita masalah kesehatan mental.
Sebaliknya, anak laki akan tumbuh menjadi pribadi yang tenang, percaya diri dan punya banyak empati jika memiliki kenyamanan dengan ibunya ketika masa anak-anak.
Hubungan antara ibu dan anak laki-laki bisa rusak dari usia kanak-kanak jika anak-anak itu berulang kali ditolak ketika mencoba datang ke orangtuanya untuk minta bantuan.
Padahal anak-anak tidak dapat berpaling dari orangtuanya saat menghadapi masalah besar dalam kehidupannya di kemudian hari.
Pasco Fearon, profesor psikologi dari University of Reading, yang memimpin penelitian ini mengatakan anak-anak akan merasa aman, dekat dan berharap ada yang menghiburnya ketika mereka membutuhkannya.
"Sebaliknya, anak akan merasa tidak aman jika pernah memiliki mengalami hubungan yang ditolak dan putus asa karena tidak bisa dekat dengan orangtuanya, ditolak atau tidak ditanggapi," kata Fearon seperti dilansir dari Telegraph, Jumat (26/3/2010).
Anak-anak membutuhkan kekuatan kedua dari orang-orang terdekatnya untuk bisa mengatasi stres dan tantangan. "Anak-anak tidak akan mampu mengatasi risiko yang besar dalam masalah perilaku dan agresifnya," katanya.
Penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal Child Development.
sumber:detik.com
Mas didik, mungkin ini benar kalo anak yg dr kecil di serahin pengasuhannya ke pembantu ato baby sitter. Jadinya anak ga deket ama ortunya khususnya ibu. Tapi kebanyakan anak2 (terutama anak laki) yg udah menginjak usia ABG, biarpun dari kecil dah deket ama ibunya, dia akan cenderung ke teman2nya. malah kalo dideketin ama ibunya, dia merasa malu. takut sama temen2nya dikatain anak mami. karena pada masa usia ini dia ingin existensinya diakui sama teman2nya. jadi kebalikannya. bukannya si ibu yg menolak dideketin anaknya, tp si anak itulah yg seringkali ga mau dideketin ama ibunya. nah lho.... (tp mungkin dg pengalaman mas didik wkt kecil lebih mengerti ttg hal ini)
ReplyDeleteYa betul, seorang ortu harus sering berdialog dgn anaknya dan sebisa mungkin menjadi teman bermain yg menyenangkan sehingga anak betul2 merasakan kedekatan dengan ortunya terlebih ibunya. Trims ya atas kunjungannya
ReplyDelete