Bagai Petir di "Pagi" Bolong...?

Walah ..istilah apalagi ini. Ya pokoknya gitu aja. Memang cuaca kali ini sulit diprediksi. Karena sebentar hujan...sebentar terang. Kadang mendung ...tetapi nggak hujan-hujan. Eeeh begitu langit terang...tiba-tiba aja hujan. Huh..mungkin badan metereology paling pusing saat ini...he..he..he

Ya ini sangat cocok dengan karakter tahun macan. Dimana banyak kejadian aneh bin ajaib...dan datangnya bertubi-tubi. Belum selesai masalah satu...sudah muncul masalah lain yang lebih menggemparkan.

Masih ingatkan kasus pembunuhan Nasrudin yang Antasari dianggap sebagai dalangnya...padahal belum tentu tuh. Bisa aja Pak Antasari korban persekongkolan tingkat tinggi ala "mafia peradilan". KAsus itu Begitu hebohnya...namun tak lama kemudian muncul cicak dan buaya. Si buaya belum ketangkap...eeh sudah muncul lagi heboh mafia pajak. Mafia pajak belum terbongkar semua....eeh ada kasus mbah priok yang sangat memilukan dan juga memalukan. Ya kata Bang Haji Roma Irama sekali lagi....MEMALUKAN....(pakai logat Bang Haji).

Kebiadaban bangsa yang katanya beradab ini ...ternyata hanya di slogan belaka. Justru keberingasan yang ditunjukkan. Seolah-olah rakyat kecil tidak boleh hidup di negeri ini. Seolah-olah penguasa berkata..."Hei semua rakyat kecil minggir kalian semua....Jakarta dan kota besar...hanyalah untuk mereka kaum bangsawan dan kaum kaya saja. Kalau kalian nggak cepat minggir...aku kerahkan satpol PP lho".

Kalau sudah seperti itu siapa yang salah ya...? Mana janji UUD 45 yang meyatakan bahwa fakir miskin dan anak2 telantar dipelihara oleh negara. Masih ada nggak ya pasal itu...maklum udah lama nggak buka UUD. Kalau masih ada.....sungguh ironis memang.

Kalau petir di siang bolong aja bisa menggambarkan kejadian aneh...lha gimana menggambarkan kejadian yang super aneh bin ajaib...? Ya tepat semboyan itu...Bagai petir di pagi bolong.

Semoga aja kita nggak terus menerus terkejut dengan kejadian-2 aneh dan memilukan seperti ini.