Segala sesuatu yang berlebihan..pasti menimbulkan masalah. Jangan kan obat....makan yang berlebihan pun juga bisa menyebabkan banyak penyakit. Seperti kolesterol, diabetes, jantung...dll.
Apalagi obat...yang sebenarnya adalah racun itu. Filosofi obat adalah racun memang harus lebih ditekankan pada masyarakat. Tetapi pada dosis yang tepat...maka obat menjadi sangat bermanfaat.
Nah kali ini ada artikel menarik tentang penggunaan antibiotika yang berlebihan ..bisa menyebabkan infeksi yang parah dan susah disembuhkan. Lebih lanjut..simak artikel berikut:
Infeksi Akibat Kelebihan Antibiotik
Philadelphia, Penggunaan antibiotik yang tidak terkontrol lagi-lagi menimbulkan akibat fatal. Tak cuma tubuh kebal terhadap si antibiotik, tapi kelebihan antibiotik juga menimbulkan infeksi Staphylococcus yang tidak bisa disembuhkan.
Infeksi tersebut dinamakan VRSA (vancomycin-resistant Staphylococcus aureus). Selama ini penyakit infeksi Staphylococcus yang paling berbahaya adalah MRSA.
Seorang pasien dari Pennsylvania Hospital diketahui memiliki bentuk infeksi yang jarang dari Staph akibat penggunaan antibiotik secara berlebihan.
Pasien tersebut adalah seorang perempuan yang saat ini tengah menjalani dialisis ginjal. Petugas rumah sakit mengungkapkan bahwa perempuan ini tidak terinfeksi bakteri tersebut di rumah sakit milik University of Pennsylvania.
Para ahli mengatakan kasus langka ini disebabkan oleh penggunaan berlebihan antibiotik tingkat tinggi seperti vankomisin, dokter sering menggunakan obat ini jika pasien sudah gagal menggunakan obat lain.
Akibat penggunaan yang berlebihan, maka bakteri menjadi kebal atau mampu bertahan dengan serangan vankomisin. Obat ini biasanya digunakan untuk membantu melindungi pasien yang lemah atau ginjalnya tidak berfungsi dari serangan infeksi bakteri.
"VRSA tidak pernah ditularkan dari satu orang ke orang lain. Namun akibat infeksi ini bisa memicu munculnya resistensi pada pasien untuk mengembangkan dua infeksi yang lebih umum seperti MRSA dan resisten bakteri yang dikenal sebagai vancomycin-resistant Enterococcus atau VRE," ujar Neil Fishman, seorang dokter ahli penyakit menular, seperti dikutip dari The Philadelphia Inquirer, Jumat (9/4/2010).
Fishman menambahkan gen resistensi vancomysin dari VRE ditransfer ke MRSA sehingga bisa memicu timbulnya infeksi VRSA.
"Dengan melakukan cuci tangan bisa membatasi penyebaran berbagai macam infeksi. Dengan melakukan tindakan yang tepat, kemungkinan penyebaran bakteri VRSA ini tidak menyebar luas," ujar Dr Deena Athas dari Thomas Jefferson University.
Semua bakteri VRSA memiliki gen vanA. Kebanyakan pasien yang positif VRSA sebelumnya memiliki sejarah yang disebabkan oleh infeksi MRSA dan VRE yang juga mengandung gen vanA.
Gen vanA ini dipindahkan melalui plasmid (molekul DNA sirkuler di luar kromosom) dari VRE ke strain MRSA. Gejala yang ditimbulkan hampir sama dengan infeksi Staphylococcus aureus lainnya dan berkisar pada infeksi kulit ringan, sepsis dan infeksi organ dalam.
Hingga kini belum ada daftar resmi antibiotik apa yang efektif untuk melawan VRSA, jadi setiap antibiotik harus dilakukan uji kerentanan pada sampel yang terinfeksi.
sumber:detik.com
No comments:
Post a Comment